Rabu, 16 September 2009

Sucikan Hati


03 juli 09
"Sesungguhnya di dalam jasad manusia terdapat segumpal darah/daging, apabila segumpal darah/daging itu baik maka baik pula sekalian anggota tubuh serta perbuatannya, sebaliknya apabila segumpal darah/daging itu buruk maka buruk pula sekalian anggota tubuh dan perbuatannya, segumpal darah/ daging itu adalah hati”

Hati bagaikan kaca mata, jika kita menggunakan kaca mata yang bening apa yang kita lihat akan tampak apa adanya, yang putih akan jelas putihnya, yang coklat muda akan jelas pula warna aslinya. Namun jika kita menggunakan kaca mata hitam apa yang kita lihat tidak akan sesuai aslinya, yang putih akan kelihatan abu muda dan warna coklat muda akan menjadi coklat tua. Demikian juga hati, jika hati jernih kita akan melihat realita itu apa adanya, sementara kalau hati kita kotor atau hitam, kita akan melihat realita itu tidak seperti sebenarnya.
Karena itulah mulia tidaknya seseorang tidak dilihat dari tampilan lahiriahnya, tetapi dari performa batiniah atau hatinya. "Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta-hata kamu tapi melihat hati dan perbuatanmu." (H.R. Muslim).

Al Qurtubi berkata, "Ini sebuah hadits agung yang mengandung pengertian tidak diperbolehkankannya bersikap terburu-buru dalam menilai baik atau buruknya seseorang hanya karena melihat gambaran lahiriah dari perbuatan taat atau perbuatan menyimpangnya. Ada kemungkinan di balik pekerjaan saleh yang lahiriah itu, ternyata di hatinya tersimpan sifat atau niat buruk yang menyebabkan perbuatannya tidak sah dan dimurkai Allah swt. Sebaliknya, ada kemungkinan pula seseorang yang terlihat teledor dalam perbuatannya ternyata di hatinya terdapat sifat terpuji yang karenanya Allah SWT memaafkannya".

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan lahir itu hanya merupakan tanda-tanda dhanniyyah (yang diperkirakan) bukan qath'iyyah (bukti-bukti yang pasti). Oleh karena itu tidak diperkenankan berlebih-lebihan dalam menyanjung seseorang yang kita saksikan tekun melaksanakan amal saleh, sebagaimana tidak diperbolehkan pula menistakan seorang muslim yang kita pergoki melakukan perbuatan buruk, demikian Imam Qurtubi menjelaskan dalam tafsirnya.

Dalam suatu riwayat disebutkan Ali bin Abi Thalib r.a. menceritakan bahwa Rasul Bersabda : "Tiada satu hati pun kecuali memiliki awan seperti awan menutupi bulan. Walaupun bulan bercahaya tetapi karena hatinya ditutup oleh awan ia menjadi gelap. Ketika awannya menyingkir ia pun kembali bersinar." (H.R.Bukhari dan Muslim)

Hadits ini memberikan ilustrasi yang sangat indah, hati manusia itu sesungguhnya bersih atau bersinar namun terkadang tertutup awan kemaksitan hingga sinarnya menjadi tidak tampak. Oleh sebab itu kita harus berusaha menghilangkan awan yang menutupi cahaya hati kita. Bagaimana caranya?

1. Introspeksi diri
Introspeksi diri dalam bahasa arab disebut Muhasabatun Nafsi, artinya mengidentifikasi apa saja penyakit hati kita, semua orang akan tahu apa sebenarnya penyakit qalbu (hati) yang dideritanya itu.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S.Al-Hasyr 59 : 18)

2. Perbaikan Diri
Perbaikan diri dalam bahasa populer disebut taubat, merupakan tindak lanjut dari introspeksi diri. Ketika melakukan introspeksi diri kita akan menemukan kekurangan atau kelemahan diri kita, kekurangan-kekurangan tersebut harus kita perbaiki secara bertahap, alangkah rugi jika kita hanya pandai mengidentifikasi kelemahan diri tapi tidak memperbaikinya.

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-keesalahanmu dan memasukkah kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,.." (Q.S.At-Tahrim 66:8)

3. Tadabbur Al Qur'an
Tadabbur AlQur'an artinya menelaah isi Al-Qur'an, menghayati dan mengamalkannya. Hati itu bagaikan tanaman yang harus dirawat dan dipupuk. Allah menyebutkan orang-orang yang tidak mau mentadabburi Qur'an sebagai orang yang tertutup hatinya. hal ini mengandung arti jika hati kita ingin terbuka dan bersinar, maka tadabburilah Al-Qur'an. "Mengapa mereka tidak tadabbur (memperhatikan) Al-Qur'an, ataukah hati mereka terkunci atau tertutup." (Q.S.Muhammad 47 : 24)

4. Menjaga Kelangsungan Amal Saleh
Amal saleh adalah setiap ucapan atau perbuatan yang dicintai dan diridoi Allah SWT. Apabila kita ingin memiliki hati yang bening, jagalah keberlangsungan amal saleh sekecil apapun amal tersebut. Misalnya jika kita suka rawatib lmaka lakukanlah secara istiqamah, Rasulullah SAW bersabda, "…Beramallah semaksimal yang kamu mampu, karena Allah tidak akan bosan sebelum kamu bosan, dan sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang kontinyu (terus-menerus) walaupun sedikit." (H.R. Bukhari)

5. Mengisi Waktu dengan Dzikir
Dzikir artinya ingat atau mengingat, dzikrullah artinya selalu mengingat Allah. Ditinjau dari segi bentuknya, ada dua macam dzikir. Pertama adalah dzikir lisan yang berarti mengingat Allah dengan melafadzkan ucapan-ucapan dzikir seperti Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Laa Ilaaha illallah, dan lain-lain. Kedua dzikir Amali, artinya dzikir (ingat) kepada Allah dalam bentuk penerapan ajaran-ajaran Allah SWT dalam kehidupan. Misalnya jujur dalam berbisnis, tekun saat bekerja, dan lain-lain. Hati akan bening kalau hidup selalu diisi dengan dzikir lisan dan amali.

"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.” (Q.S.Al-Ahzab 33 : 41-42)

"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku." (Al-Baqarah 2 :152)



6. Bergaul dengan Orang-Orang Saleh
Lingkungan akan mempengaruhi perilaku seseorang, kebeningan hati erat juga kaitannya dengan siapakah yang menjadi sahabat-sahabat kita. Jika kita bersahabat dengan orang yang jujur, amanah, taat pada perintah Allah, tekun bekerja, semangat dalam belajar, dan sifat baik lainnya, diharapkan kita akan terkondisikan dalam atmosfir (suasana) kebaikan. Sebaliknya, jika kita bergaul dengan orang pendendam, pembohong, pengkhianat, lalai akan ajaran-ajaran Allah, dan sifat jelek lainnya dikhawatirkan kita pun akan terseret arus kemaksiatan tersebut. Karena itu, Allah SWT mengingatkan agar kita bergaul dengan orang-orang saleh seperti dikemukakan dalam ayat berikut.
"Dan bersabarlah dirimu bersama orang-orang yang menyeru Tuhan mereka di waktu pagi dan petang, mereka mengharapkan keridoan-Nya, dan janganlah kamu palingkan kedua matamu dari mereka karena menghendaki perhiasan hidup dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya; dan adalah keadaan itu melewati batas." (Q.S. Al-Kahfi 18 : 28)

7. Berbagi Kasih dengan Fakir, Miskin, dan Yatim
Berbagi cinta dan ceria dengan saudara-saudara kita yang fakir, miskin, dan yatim merupakan cara yang sangat efektif untuk meraih kebeningan hati, sebab dengan bergaul bersama mereka kita akan merasakan penderitaan orang lain. Rasulullah saw. bersabda, "Abu Hurairah r.a. bercerita, bahwa seseorang melaporkan kepada Rasulullah saw. tentang kegersangan hati yang dialaminya. Beliau saw. menegaskan, "Bila engkau mau melunakkan (menghidupkan) hatimu,beri makanlah orang-orang miskin dan sayangi anak-anak yatim." (H.R.Ahmad).

8. Mengingat Mati
Modal utama manusia adalah umur, umur merupakan bahan bakar untuk mengarungi kehidupan. Kebeningan hati berkaitan erat dengan kesadaran bahwa suatu saat bahan bakar kehidupan kita akan menipis dan akhirnya habis, kesadaran ini akan menjadi pemacu untuk selalu membersihkan hati dari awan kemaksiatan yang menghalangi cahaya hati. Rasulullah SAW menganjurkan agar sering berziarah supaya hati kita lembut dan bening. Anas r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: "Dulu, aku pernah melarang kalian berziarah ke kuburan, namun sekarang berziarahlah, karena ia dapat melembutkan hati, mencucurkan air mata, dan mengingatkan akan hari akhirat." (H.R.Hakim)

9. Menghadiri Majelis Ilmu
Hati itu bagaikan tanaman yang harus dirawat dan dipupuk, diantara pupuk hati tesebut adalah ilmu. Menghadiri majelis ilmu akan menjadi media pensucian hati. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa Allah SWT Akan menurunkan rahmat, ketenangan dan barakah pada orang-orang yang mau menghadiri majelis ilmu dengan ikhlas. "Tidak ada kaum yang duduk untuk mengingat Allah, kecuali malaikat akan menghampirinya, meliputinya dengan rahmat dan diturunkan ketenangan kepada mereka, dan Allah akan menyebutnya pada kumpulan (malaikat) yang ada di sisi-Nya." (H.R. Muslim)

10. Berdo'a kepada Allah swt.
Allah SWT Maha Berkuasa untuk membolakbalikan hati seseorang, maka dari itu sangatlah logis jika kita diperintahkan untuk meminta kepada-Nya dijauhkan dari hati yang busuk dan diberi hati yang hidup dan bening. Menurut Ummu salamah r.a, do'a yang sering dibaca Rasulullah saat meminta kebeningan hati adalah: "Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinika" (Wahai yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku berpegang pada agama-Mu).

Perhatikan riwayat berikut,
"Syahr bin Hausyab r.a. mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ummu Salamah, "Wahai ibu orang-orang yang beriman, do'a apa yang selalu diucapkan Rasulullah SAW saat berada di sampingmu?" Ia menjawab: "Do'a yang banyak diucapkannya ialah, 'Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinika (Wahai yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah qalbuku pada agama-Mu)."Ummu Salamah melanjutkan, "Aku pernah bertanya juga, "Wahai Rasulullah, alangkah seringnya engkau membaca do'a: "Ya Muqallibal quluub, tsabbit qalbii 'alaa diinika." Beliau menjawab: "Wahai Ummu Salamah, tidak ada seorang manusia pun kecuali qalbunya berada antara dua jari Tuhan Yang Maha Rahman. Maka siapa saja yang Dia kehendaki, Dia luruskan, dan siapa yang Dia kehendaki, Dia biarkan dalam kesesatan." (H.R.Ahmad dan Tirmidzi.)

Selain do'a di atas, Ibnu Abbas r.a. menceritakan bahwa ketika menginap di rumah Rasulullah SAW, ia pernah mendengar beliau mengucapkan do'a berikut, "Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya, di lidahku cahaya, dipendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya. Jadikan di belakangku cahaya, di hadapanku cahaya, dari atasku cahaya, dan dari bawahku cahaya. Ya Allah berikan kepadaku cahaya." (H.R.Muslim)

Hati merupakan panglima untuk seluruh anggota jasad , jika hati kita bening maka akhlaq kita pun akan beres. Tetapi jika hati kita busuk seluruh amaliah pun akan busuk. Mudah-mudahan Allah SWT selalu memberi kita hati yang bening. Amiin . Wallahu A'lam

0 komentar:

Posting Komentar

aku tunggu ya.....