Rabu, 16 September 2009

Minal Aidzin wal faidzin...apakah itu?

Sungguh ironis tradisi ucapan yang mengungkapakan maksud permohonan maaf pada saat Hari Raya Idul Fitri pada kaum Muslimin dan Muslimat Indonesia. Saya yakin,mayoritas masyarakat Indonesia mengucapkan permohonan maaf dengan kalimat” Minal Aidin Wal Faidzin-Mohon maaf lahir dan batin.” Terlepas, entah tahu atau tidak makna kalimat Minal Aidzin wal faidzin yang sebenarnya, saya yakin mayoritas umat Muslim di Indonesia ini memaknai Minal Aidzin wal Faidzin dengan arti Mohon maaf lahir dan Batin. Padahal sesungguhnya jika kita lihat arti sebenarnya dari terjemahan bahasa arab akan makna Minal Aidzin wal faidzin, maka kita akan mengtahui bahwasanya artinya bukan “Mohon maaf lahir dan batin.”

Tapi tidak apa-apa jika seseorang masih belum merngetahui. Karena, hukumnya bagi yang belum mengetahui adalah tidak berdosa. Saya yang menulis tulisan ini saja baru menyadari itu ketika menginjak masa mahasiswa ini dari guru ngaji saya.hehehe…

Jika kita sudah mengetahui makna yang sebenarnya,maka wajib bagi kita untuk tidak mengucapkannya lagi sebagai niatan ingin menyampaikan permohonan maaf. Dan sudah menjadi kewajiban pula bagi kita untuk memeberikan ilmu ini kepada masyarakat mulai dari kerabat dekat,keluarga ,sahabat, hingga masyarakat luas, jika kita sudah tahu makna benarnya. Mungkin bisa menggunakan media Blog ini.

Di bawah ini adalah penjelasan saya terkait dengan makna “Minal Aidzin wal Faidzin” dan tradisi maaf-maafan di Hari Raya Idul Fitri. Semoga bermanfaat, :

MIN AL AIDIN WAL FAIDZIN
Jika kita mengartikannya secara bahasa dengan cara dipotong-potong kalimatnya,

Min, artiinya “termasuk”.
Al-aidin, artinya”orang-orang yang kembali”
Wa, artinya “dan”
Al-faidzin, artinya “ menang”.
Sehingga makna MINAL AIDIN WAL FAIDZIN adalah “termasuk dari orang-orang yang kembali(dari perjuangan ramadhan) sebagai orang yang menang”.

Sehingga ketika ada yng mengucapan kalimat “MINALAIDIN WAL FAIDZIN-MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN”, maka ia sama saja mengatakan, “Termasuk dari orang-orang yang kembali(dari perjuangan ramadhan) sebagai orang yang menang, mohon maaf lahir dan batin”.

Ucapan MINAL AIDIN WAL FAIDZIN berasal dari riwayat yang tidak bisa dijadikan dalil, termasuk lemah(Dho’if), atau tingkat riwayatnya dibawahnya lagi. Kalimat ini merupakan lengkapan dari kalimat do’a :
”Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum minal aidin wal faidzin”

Yang artinya,
“Semoga Allah menerima amal-amal kami dan kamu, Dan semoga Ia menjadikan kami dan kamu termasuk dari orang-orang yang kembali(dari perjuangan Ramdhan sebagai orang yang menang.”

Dari Riwayat tersebut yang benar dari “Taqabbalallahu…sampai…shiyamakum”.(tanpa minal Aidin wal faidzin)

Jadi mengucapkan minalaidin walfaidzin jika kita mengucapkannya dengan niat ingin mencontoh kebiasaan Rosulullah atau istilah arabnya ittiba’qauly, jatuhnya bisa menjadi Bid’ah, Tapi kalau niatnya hanya untuk “Ingin mendoakan sesama Saudara seiman”, Insya Allah, tidak salah. Bahkan hal yang baik.

Sedangkan bahasa arabnya ucapan “mohon maaf lahir dan batin” yang benar salah satunya adalah “Asalukal afwan zahiran wa bathinan”. Atau “wa al afwu minkum”. “Bukan Minal aidin wal faidzin”

Maaf-maafan dalam Aidul- Fitri juga sebenarnya hanya tradisi saja. Karena tidak ada riwayat satupun yang kuat maupun yang lemah yang menyatakan Rosulullullah pernah meakukannya. Riwayat yang ada hanya“Taqabbalallahu…sampai…shiyamakum”.(tanpa minal Aidin wal faidzin). Jadi, jika kita bermaaf-maafan denga niat ittiba’(mencontoh) Rosululah, jatuhnya jadi bid’ah. Tapi jika sekedar hanya ingin memanfaatkan momen lebaran untuk bermaaf-maafan Insya Allah tidak mengapa, dan tidak perlu menggunakan bahasa arab karena itu seperti kita meminta maaf atas kesalahan-kesalahan kita seperti hari-hari biasa atau waktu lain selain lebaran.

Ya saran saja, kalau mau ngasih ucapan maaf kepada seseorang ketika Aidul Fitri, mending biasa saja dan tidak perlu pakai bahasa arab dan lebih baik pakai bahasa Indonesia saja. Menghindari membudayanya anggapan bahwa bal itu sunnah.

–wallahu a’lam bi-ash-showab—

0 komentar:

Posting Komentar

aku tunggu ya.....